PELESTARIAN ARSITEKTUR LANGGAR DHUWUR MBAH YAI MASTUR LAMONGAN







Animasi Langgar dhuwur 

ABSTRACT 

Langgar Dhuwur Mbah Yai Mastur is a lifted small mosque established by Hadratus Syaikh KH. Mastur Asnawi, until now it is still used for the activities of the Tahfidhul - Qur'an Islamic Boarding School, in terms of architecture, this building has different characteristics from the surrounding buildings, namely a simple design in the form of a stage made of wood and roofed with traditional roof (Limasan), so that the existence of meaning Historically this violation has not been eroded by development, so the need for research on architectural preservation with the consideration that this object has fulfilled the requirements of the Cultural Heritage Objects Act No. 11 of 2010, the method used to examine the preservation of architecture is a method of qualitative analysis using an approach with three methods, namely analysis description method, evaluative method and development method. The results of this study indicate that some visual elements of Langgar Dhuwur are still permanent, which can be known through observation on the object of study. Preservation directives for building visual elements are classified into three potential, namely low, medium and high potential, then from the three potential levels, preservation actions will be determined
Keyword : Langgar Dhuwur, visual elements, Architectural Preservation, Lamongan


1. PENDAHULUAN 

Kota Lamongan merupakan salah satu kota tempat persebaran dan peradaban awal Islam di Jawa terutama di Jawa Timur, hal ini terlihat dengan adanya makam Sunan Drajat yang merupakan salah satu anggota dari walisongo, penyebaran Islam pun diteruskan oleh ulama-ulama penerusnya dan menyebar ke penjuru kabupaten dan kegiatan dakwah tersebut meninggalkan banyak peninggalan, salah satunya Langgar Dhuwur atau Langgar Panggung yang berada di jantung Kota Lamongan tepatnya di Jl. Kyai Amin 38, Sidokumpul, Lamongan. 
Langgar Dhuwur didirikan oleh KH. Mastur Asnawi atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Yai Mastur sekitar tahun 1920-an dan sampai sekarang masih digunakan aktivitas keagamaan oleh pondok pesantren Tahfidhul – Qur’an. Penelitian menggunakan objek studi Langgar Dhuwur Mbah Yai Mastur sebagai obyek penelitian pelestarian arsitektur karena sudah memenuhi kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2010, yakni 1. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; 2. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; 3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan 4. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. 
Usia dari Langgar Dhuwur ini sudah lebih dari 50 tahun, mewakili gaya arsitektur pada zaman tersebut dengan menggunakan struktur panggung karena kondisi Lamongan yang sering dilanda banjir, Langgar dhuwur juga memiliki nilai sejarah tentang dakwah dan peradaban Islam di Lamongan, sehingga menguatkan nilai-nilai budaya khususnya budaya Islami, pondok pesantren tradisional pada masyarakat Lamongan Selain dari kriteria UU Benda Cagar Budaya tersebut, terdapat juga beberapa pertimbangan lain terhadap kriteria pemilihan objek penelitian, mengacu pada pendapat Pontoh (1992: 37) dalam Antariksa (2011), yakni 1. Kriteria Arsitektural: Suatu kota atau kawasan yang akan dipreservasikan atau konservasikan memiliki kriteria kualitas arsitektur yang tinggi, disamping memiliki proses pembentukan waktu yang lama atau keteraturan dan kebanggaan (elegance). 2. Kriteria Historis: Kawasan yang dikonservasikan memiliki nilai historis dan kelangkaan yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya yang memudar; dan 3. Kriteria Simbolis: Kawasan yang memiliki makna simbolis paling efektif bagi pembentukan citra suatu kota. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam studi ini adalah bagaimana karakter visual bangunan utama serta strategi dalam upaya pelestarian bangunan Langgar Dhuwur Mbah Yai Mastur? Tujuan studi adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakter visual bangunan dan menganalisis serta menentukan strategi dalam upaya pelestarian bangunan Langgar Dhuwur Mbah Yai Mastur.

KONDISI EKSISTING




























KONSEP 

melihat dari hasil penelitian di atas, bentuk dari pelestariannya adalah pelestarian bentuk dari langgar tersebut. sehingga upaya melestarikan langgar ini adalah dengan melestarikan konsep bentuknya

bentuk yang dilestarikan, yaitu langgar panggung dengan atap perisa dengan satu bukaan jendela di tengah, perubahan yang terjadi adalah peletakan tangga masuk yang dipisah disebalah sisi kanan dan kiri untuk memisah jamaah laki laki dan perempuan, dibagian bawah tangga di letakkan tempat wudhu dan toilet.
untuk area di bawah langgar, dibuat menjadi hall untuk kegiatan ceramah khas tradisi pondok yaitu mengajar dengan "blandongan" diskusi tatap muka dan berhimpitan untuk mengkaji ilmu agama.

di sisi belakang terdapat sumur yang masih dipertahankan, terdapat balai dan kantor atau ruang serbaguna sebagai sarana prasarana pendukung langgar tersebut.


























Komentar