PERENCANAAN TERMINAL LARANGAN SIDOARJO, JAWA TIMUR





Kota Sidoarjo adalah kota penyangga Surabaya hal tersebut di sebabkan karena faktor geografis yang letaknya berbatasan langsung di sisi sebelah selatan. Sebagai kota penyangga, banyak warga Sidoarjo yang sehari-hari berkebutuhan dan beraktivitas di Kota Surabaya, oleh karena itu sudah sepatutnya Sidoarjo memiliki sarana transportasi yang dapat memobilisasi masyarakat tersebut (Susanti, 2006). Menurut Permenhub No 132 Tahun 2015 perletakan lokasi terminal penumpang adalah pada simpul jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang diperuntukkan bagi pergantian antar moda dan/atau intermoda pada suatu wilayah tertentu yang dinotasikan dengan titik koordinat. Penentuan lokasi terminal pada masingmasing kelas ditetapkan oleh Menteri (kelas A), Gubernur (kelas B), dan Bupati/Walikota (kelas C). Terminal Larangan masuk dalam terminal kelas B yang berada dibawah pengaturan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Terminal Larangan Sidoarjo merupakan terminal yang masuk dalam kategori Terminal Kelas B. Terminal ini merupakan tempat singgah berbagai sarana transportasi seperti bis kota (melayani hanya satu jurusan Terminal Larangan - Jembatan Merah Surabaya), angkot jenis zebra/carry dengan berbagai jurusan, dan elf yang melayani satu jurusan yaitu Surabaya - Malang.
Lokasi Terminal Larangan sangat strategis dikarenakan beberapa hal berikut:
1. Terletak di jantung Kota Sidoarjo;
2. Dekat dengan Stasiun Kereta Api Sidoarjo;
3. Guna lahan sekitar seperti pasar, pertokoan, perumahan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan 

sehingga terminal ini sangat dekat dengan sarana yang dibutuhkan masyarakat 


KONSEP

Konsep Terminal Larangan didasarkan pada hasil analisis fenomena di lapangan yang sudah ada di jurnal penelitian berjudul :


untuk bentuk dari bangunan mengadaptasi dari bentuk lengkung udang yang merupakan lambang dan ikon dari Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.



Konsep Bentuk merupakan merafora dari Lambang Kabupaten Sidoarjo yaitu Udang yang kemudian diadaptasikan terhadap desain arsitektur Terminal Larangan. lengkungan bentuk dari udang menjadi bentuk utama konsep terminal ini. warna biru juga merupakan identitas dari dinas perhubungan dan warna kehijaun juga merupakan warna dominan pada lambang Sidoarjo.

Metafora adalah majas (bagian dari gaya bahasa) yang digunakan menjelaskan sesuatu melalui perumpamaan dan perbandingan. Kata metafora sendiri berasal dari bahasa latin yakni "Methapherein”. Methapherein terdiri dari dua kata yaitu "metha” yang berarti setelah, melewati dan kata "pherein” yang artinya membawa. Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai pengertian arsitektur metafora, pendapat para ahli tentang arsitektur metafora, prinsip dan karakteristik arsitektur metafora, jenis-jenis metafora, tokoh dan contoh karya arsitektur metafora.

Arsitektur Metafora

Metafora adalah suatu gaya yang berkembang pada zaman postmodern. Banyak yang mengatakan bahwa Arsitektur metafora adalah sebuah bahasa untuk mengatakan sesuatu melalui ungkapan bentuk-bentuk visual yang dihasilkannya. Berikut ini merupakan pengertian Konsep Metafora menurut para ahli.

Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture”

Metafora adalah suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga bisa mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Singkatnya adalah menerangkan suatu subyek dengan subyek lain dan berusaha melihat suatu subyek sebagai suatu hal yang lain.

Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”

Metafora memperhatikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang biasanya melihat secara literal.

Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”

Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat, yang diperoleh dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain. Misalnya bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya unsur yang mirip.

Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”

Metafora pada arsitektur ialah salah satu metode kreatifitas yang ada pada desain spektrum sang perancang.

Arsitektur Metafora merupakan gaya arsitektur yang mengambil bentuk dari kiasan atau perumpamaan dari sesuatu. Banyak arsitek jaman milenial yang mengambil langgam arsitektur metafora karena lebih mudah mengkomunikasikannya dengan klien. Mengambil konsep dari benda nyata atau nilai yang sudah umum dikenal masyarakat dirasa lebih sederhana dan masuk akal bagi klien.

Prinsip-prinsip Arsitektur Metafora

Arsitektur Metafora, pada umumnya memiliki karakter layaknya gaya bahasa metafora yaitu perbandingan dan perumpamaan. Karakter tersebut diterjemahkan dalam visual meliputi hal-hal sebagai berikut ini :

  • Berusaha untuk mentransfer suatu keterangan (maksud) dari suatu subjek ke subjek lain.
  • Berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan subjek tersebut adalah sesuatu hal yang lain.
  • Mengganti fokus penelitian atau area konsentrasi penyelidikan lainnya. Harapannya jika dibandingkan dengan cara pandang yang lebih luas, maka akan dapat menjelaskan subjek tersebut dengan cara yang berbeda (baru).

Jenis-jenis Metafora

Berdasarkan cara perbandingan dan objek yang dijadikan perumpamaan, maka konsep metafora dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu Intangible Metaphor (metafora abstrak), Tangible Metaphors (metafora konkrit) dan Combined Metaphors (metafora kombinasi). Berikut penjelasan masing-masing jenis metafora tersebut :

 

a.     Intangible Metaphor (metafora abstrak)

Intangible methaphors adalah metafora abstrak yang berangkat dari sesuatu yang abstrak dan tak terlihat (tak berbentuk). Misalnya seperti konsep, ide, hakikat manusia, paham individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi, budaya termasuk nilai religius.

b.     Angible Metaphors (metafora konkrit)

Tangible methaphors adalah metafora nyata yang berangkat dari bentuk visual serta spesifikasi atau karakter tertentu dari sebuah benda nyata. Benda yang dijadikan acuan biasanya merupakan benda yang memiliki nilai khusus bagi kelompok masyarakat tertentu. Misalnya sebuah rumah dengan metafora buah labu, maka rumah tersebut akan dibuat mirip buah labu.

c.      Combined Metaphors (metafora kombinasi)

Combined methafors adalah metafora kombinasi yang merupakan penggabungan metafora abstrak dan metafora konkrit. Metafora kombinasi membandingkan suatu objek visual dengan benda lain serta mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek acuannya. Objek tersebut digunakan sebagai acuan kreativitas dalam perancangan.

Selanjutnya dari proses metafora dilakukan transformasi dalam pendalaman dan pecarian bentuk Terminal Larangan, Sidoarjo.

Transformasi dalam Arsitektur : Pengertian, Prinsip dan Contohnya

Desain adalah proses generatif analisis dan sintesis, ada juga unsur coba-coba, mencoba berbagai kemungkinan dan menangkap peluang. Dalam proses mengeksplorasi ide dan menanyakan potensinya, penting bahwa seorang arsitek atau desainer harus memahami sifat dasar dan struktur konsep.

Jika sistem model prototype dirasakan dan dipahami, maka konsep desain asli dapat dilakukan melalui serangkaian perubahan terbatas, diklarifikasi, diperkuat dan dibangun, bukannya dihancurkan.

Definisi Transformasi dalam Arsitektur

Dalam Arsitektur, Transformasi didefinisikan sebagai "Prinsip bahwa konsep, bangunan, atau organisasi arsitektur dapat diubah melalui serangkaian manipulasi dan permutasi terpisah sebagai respons terhadap konteks atau serangkaian kondisi tertentu tanpa kehilangan identitas atau konsep awal."

Prinsip transformasi memungkinkan seorang arsitek atau perancang untuk memilih model arsitektur prototype yang formal dan urutan elemennya mungkin sesuai dan masuk akal, dan mengubahnya melalui serangkaian manipulasi diskrit untuk menanggapi kondisi dan konteks desain tertentu.

Pada dasarnya, pengulangan bentuk juga bisa dikatakan menunjukkan transformasi bentuk dan bentuk dalam arsitektur, jika terlihat sedikit berbeda pada setiap kali pengulangan. Kadang-kadang bentuk dapat ditransformasikan dengan menjadi lebih besar atau lebih kecil dan mereka juga dapat berputar, diregangkan, atau bertransformasi menjadi bentuk dan ukuran yang berbeda.

 

2.           Warna Biru

Pada Lambang Kota Sidoarjo terdapat warna biru dan warna Biru Laut pada lambang berarti air yang menggambarkan bahwa Daerah Kabupaten Sidoarjo yang terkenal dengan nama: "DELTA BRANTAS" dikelilingi air yaitu sungai dan laut. Warna biru laut yang terlepas dalam lingkaran padi dan tebu berarti air yang menggambarkan bahwa daerah Kabupaten Sidoarjo adalah daerah tambak yang banyak menghasilkan ikan bandeng dan ikan udang.

 

Dari analogi pengertian di atas maka warna biru menjadi warna dominan pada Bangunan Utama Terminal Larangan, selain sebagai pemaknaan dari makna lambing di atas, warna biru merupakan warna dari Dinas Perhubungan (DISHUB) yang dominan warna biru

 

Untuk metafora dan transformasi bentuk dari Delta Brantas, di transformasikan pada bentukan selasar untuk pedestrian di depan bangunan, fungsinya sebagai jalur pejalan kaki, pengunjung yang datang dari jalan utama.

 


 









ANIMASI



Komentar