Hammam Rofiqi Agustapraja
Penerepan
ekologi lingkungan di sentra industry tempe di Sanan sangat memperihatinkan,
hal tersebut di karenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pelestarian lingkungan, terdapat mata rantai ekologi yang terputus dari
pengolahan limbah tempe yang dilakukan oleh para pemilik industry tempe, yang
menyebabkan pencemaran lingkungan terutama daerah aliran sungai yang berdampak
pada kerusakan ekosistem di sepanjang aliran sungai.
Pendahuluan
Kompleks permukiman industri kripik tempe Sanan ini
memiliki letak ditengah-tengah kota Malang, merupakan sebuah permukiman warga
yang tergabung dalam sebuah RW, dan memiliki 3 RT. RT 14, 15, dan 16. RT 14 di
area ini terletak pada area pintu masuk utama, hanya terdiri dari beberapa
rumah saja. Sedangkan RT 15 dan 16 terletak lebih dalam dari jalan raya,
terbelah oleh sebuah akses masuk berupa jalan aspal (Jl. Sanan) yang memiliki
lebar ±4,5 meter. Jalan ini menghubungkan jalan raya didepan area komplek
industri Sanan yaitu jalan Tumenggung Suryo yang merupakan sebuah jalur
penghubung antara pusat kota Malang dengan arah ke Surabaya, dengan jalan raya
Sulfat yang terletak disebelah utara permukiman industri ini, Jalan Sanan ini
juga menjadi pembatas antara RT15 yang terletak disebelah Utara jalan dengan
RT16 yang terletak di sebelah selatan jalan. Adapun batas-batas area permukiman
industri ini, antara lain:
Sebelah Utara:
area permukiman penduduk Kampung Pandean. Antara komplek Permukiman Sanan
dengan Kampung Pandean juga dibatasi oleh sebuah sungai kecil yang pada
akhirnya mengalir ke arah daerah Tumpang
Sebelah Selatan: area permukiman penduduk
Sebelah Timur: area perumahan Sulfat
Sebelah Barat: area permukiman penduduk kampung Sutoyo
Dalam
Jalan untuk permukiman ini memiliki kondisi yang cukup
baik karena telah terbuat dari aspal tipe HotMix, namun ukurannya dirasa
terlalu sempit untuk dapat memenuhi akan kebutuhan prasarana transportasi di
area ini, mengingat area ini merupakan sebuah area industri yang juga menjadi
salah satu obyek wisata dikota Malang karena merupakan penghasil dan penyedia
makanan oleh-oleh khas Kota Malang sehingga dibutuhkan sebuah jalan akses yang
memiliki ukuran cukup lebar sehingga jalur transportasi tidak terhambat oleh
padatnya kendaraan para pendatang yang hendak memasuki area ini.
Pembagian wilayah RT pada sentral industry tempe Sanan |
Batas wilayah sentral industry tempe Sanan |
Sistem Mata Rantai Ekologi yang
terputus.
Kawasan Sanan pada awalnya merupakan lahan pertanian, sehingga
bahan-bahan pokok untuk pembuatan tempe diproduksi sendiri tanpa mendatangkan
dari daerah lain. Tetapi perkembangan permukiman di kawasan ini telah menggusur
lahan-lahan pertanian menjadi daerah hunian, sehingga bahan-bahan pokok
(kedelai) mendatangkan dari luar daerah terutama pasuruhan. Kampung
Sanan adalah sentrala industry tempe terbesar di kota malang, industry tersebut
dilakukan dengan cara masih sangat sederhana dan masih berupa home industry, secara keseluruhan
keadaan kampong Sanan bersih dan hampir setiap rumah membuat industry tempe.
Disamping produksi tempe, masyarakat Sanan juga sebagai peternak
Sapi. Hal ini karena limbah dari pabrik tempe dapat digunakan sebagi makanan
Sapi. Sehingga limbahpun dapat dimanfaatkan dan tidak terbuang sia-sia. Bagi
manyarakat yang memproduksi tempe tetapi tidak memiliki sapi, limbah tersebut
dijual kepada tetangga-tetangga yang beternak sapi.
Proses produksi tempe Sanan |
Sebenernya
konsep dari pengolahan limbah dari tempe ini cukup baik, ampas temepe yang
sudah tidak terpakai kemudian dimanfaatkan untuk pakan ternak, tapi dsinilah
letak permasalahan, dari industry tempe tersebut, kotoran sapi tersebut dibuang
tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu ke sungai sehingga menyebabkan sungai
menjadi kotor tercemar dan bau. Pencemaran sungai pada daerah Sanan bukan hanya
dari kotoran sapi tapi juga dari toilet umum yang ada di pinggir sungai yang
langsung di buang ke sungai, sampah-sampah rumah tangga warga Sanan seperti
plastic dan kebutuhan lainnya juga di buang di sepanjang aliran sungai.
Pencemaran
tersebut seharusnya bisa dihindari jika mata rantai ekologi nya di sempurnakan
dengan pemanfaatan kotoran sapi dan manusia dengan system biogas, yaitu dengan
mngubahnya menjai gas dan dapat dimanfaatkan sebagai penerangan, gas untuk
memasak makanan dan sisanya menjadi kompos untuk pupuk, dengan demikian
pemanfaatan limbah beserta pengolahannya dapat berguna dan tidak mencemari
lingkungan.
Cara
kerja dari teknologi bio gas ini adalah kotoran ternak ataupun manusia,
dialirkan kedalam digester sejenis septictank yang kedap udara, dan kemudian di
dalamnya di masukkan smpah botol air menral plastic, dan kemudian pipa hawa
dari digester tersebut di gunakan untuk lampu strengking atau petromak untuk
penerangan dan kompor gas untuk memasak sehari-hari, sisa limbahnya pun tak
terbuang percuma karena dapat dimanfaatkan dengan dijadikan pupuk kompos yang
dapat dimanfaatkan untuk pertanian warga.
saluran pembuangan kotoran sapi ke sungai |
kondisi sungai dibelakang Industri Sanan yang tercemar oleh limbah rumah tangga dan limbah kandang sapi |
skematik sistem biogas beserta pemanfaatannya |
Kedelaià tempeà limbah
tempeà ternakà biogasà pupukà kedelai
Daftar
pustaka:
Darjosanjoto, Endang TS. 2006 ” Penelitian Arsitektur di
Bidang perumahan dan Permukiman” ITS Press. Surabaya.
Jaya dinata, Johara T. 1992. Tata Guna tanah Dalam
Perencanaan Pedesaan Perkotaan Dan Wilayah. Bandung ITB
Yudohusodo,
Siswono, dkk, 1991 “ Rumah Untuk Seluruh Rakyat” Jakarta
apa begitu ya...
BalasHapus