I. PENDAHULUAN
I I. KAJIAN LITERATUR
A. Arsitektur Masjid
B. Tinjauan Tipologi Arsitektur
- Menentukan bentuk-bentuk dasar (formal struktur) yang ada dalam tiap objek arsitektural.
- Menentukan sifat-sifat dasar (properties) yang dimiliki oleh setiap objek, berdasarkan bentuk dasar yang ada padanya.
- Mempelajari proses perkembangan bentuk dasar tersebut sampai pada perwujudannya saat ini.
C. Tipologi Arsitektur Masjid
III. METODE PENELITIAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pola spasial
1. Elemen Arsitektur Jawa
a. Atap
Bentuk Atap bangunan utama Masjid Agung Lamongan, berupa piramida bertumpuk tiga, dengan penutup atap genting berwarna jingga ke coklatan, dan di puncak atapnya di beri mahkota atau yang disebut “memolo”.
Di puncak atap tumpang bersusun terdapat oranamen puncak yang disebut memolo atau mustiko, Yaitu ciri khas elemen hiasan puncak pada atap masjid tradisional, berfungsi strukturalnya sebagai pengaku atau penyeimbang dari sistem struktur tumpangsari
b. Mihrab
Mihrab sendiri adalah ruang yang menonjol dari batas tepi timur Masjid dan berfungsi sebagai tempat imam dalam memimpin sholat jamaah, bentuk mihrab dari Masjid Agung Lamongan terbuat dari hiasan kayu dengan ukir-ukiran geometrik, perpaduan antara persegi dan lengkung. Mihrab ini menambah kesan tradisional pada interior Masjid.
c. Mimbar
Mimbar tempat imam berkhutbah, dengan ukuran 1.5 x 2 m, dengan berundak lebih tinggi + 30 cm, dengan kursi sebagai tempat duduk khotib (orang yang berkhutbah), pada puncaknya terdapat kubah bawang, berwarna emas, motif ukiran pada mimbar ini adalah sulur tumbuh-tumbuhan.
d. Serambi
Serambi adalah tempat transisi antara ruang luar dan Masjid utama, pada Masjid Agung Lamongan, terdapat tiga serambi, serambi utara yang digunakan sebagai tempat sholat jamaah wanita (pawestren), serambi selatan untuk akses jamaah pria, dan serambi timur yang menjadi pintu masuk utama dan baru saja di renovasi secara besar-besaran.
e. Pawestren
Pawestren, atau tempat jamaah putri sholat, merupakan bangunan di sisi utara bangunan utama Masjid Agung Lamongan, bisa diakses dari pintu utara, pintu kusus jamaah putri, dan dari pintu utama, pintu timur.
Pawestren dibuat lebih tertutup dengan dikelilingi oleh kain hijau sebagai penyekat, hal tersebut dikarenakan fungsi utamanya sebagai tempat jamaah putri sholat.
f. Tempat wudhu
Tempat wudhu pada Masjid Agung Lamongan ada di setiap sisi tempat jamaah, untuk tempat wudhu perempuan terdapat pada sisi utara, dan untuk tempat wudhu laki-laki, ada pada sisi selatan.
g. Penanda Sholat
Penanda sholat sebelum terdapat speaker atau pengeras suara, di Masjid-masjid jawa menggunakan media beduk, di Masjid Agung Lamongan beduk juga masih dipertahankan, dan diletakkan di serambi timur, bangunan baru.
h. Gerbang
Gerbang atau di Jawa disebut Gapuro berasal dari asmaul husna “Ghofuro” (Maha pengampun), diharapkan orang yang melewati gapuro diampuni dosa-dosanya atau orang yang masuk masjid mengharapkan ampunan atas dosanya dengan meningkatkan ibadah di dalam masjid. Di akses utama sisi timur Masjid Agung Lamongan terdapat gerbang utama, yang berbentuk khas untuk pintu gerbang sebuah masjid, berwarna hijau dan merah bata, kotak persegi dengan pada gerbagn utama, di kanan-kiri perpaduan kotak dan lengkung. Di atas gerbang terdapat lengkungan menyerupai ombak yang saling bertemu.
Gerbang utama tersebut sekarang sudah dibongkar, karena menganggu pandangan bangunan baru di sisi timur.
Bentukan gerbang utama sisi utara yang sudah dibongkar tersebut, di duplikasi pada gerbang sisi selatan, yang pada tahun 2000an, diadakan perluasan laha parkir dan dibuka akses dari Jalan Basuki Rahmad.
i. Menara
Menara yang fungsi awalnya sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan, juga terdapat pada bangunan awal Masjid Agung Lamongan. Menara pada awalnya hanya terdapat satu menara, dan disebut menara qiblatain, karena bentuknya meniru dari menara qiblatain yang ada di Arab Saudi (Wismantara, 2016).
Sekarang menara tersebut masih dipertahankan tetapi sudah berubah bentuk dan melebur jadi bentukan baru serambi timur.
j. Elemen khusus
Elemen-elemen khusus ini dimaksudkan adanya elemen-elemen sebagai pembeda (ciri khas) dari Masjid Agung Lamongan, yang semakin menguatkan karakter Arsitektur Jawa pada Masjid tersebut. Diantaranya adalah
Gentong batu dan sajadah batu, yang terdapat pada sisi pintu utama sebelah timur, dan terdapat sepasang di sisi utara dan selatan. Gentong dan sajadah batu ini merupakan peninggalan dari legenda laras-liris-andansari-andanwangi, yang mempunyai filosofi gentong sebagai tempat wudhu dan sajadah batu, seberapa berat beban harus tetap melaksanakan sholat.
Soko guru dan ornamen ukiran, perbedaan tempelan oranamen pada kolom utama (empat soko guru) dan kolom pendukung, di dalam bangunan soko guru utama terdapat tangga yang mengarah ke atap, pada masanya digunakan untuk mengumandangkan adzan.
Penutup dinding sebelah barat, yang ditutup oleh kayu dan ornamen sulur dan asmaul husna, selaras dengan ketradisionalan dan menyatu dengan mimbar, mihrab di ruang dalam Masjid Agung Lamongan.
II. KESIMPULAN DAN SARAN
Masjid Agung Lamongan, sebuah Masjid dengan arsitektur jawa yang masih dipertahankan nilai dan eksistensinya hanya saja diperbaharuai tampilan muka di sisi timur, dengan tampilan yang lebih modern dan menyesuaikan dengan kebutuhan ruang.
Dari elemen-elemen di Masjid Agung Lamongan yang ditipologikan pada arsitektur Masjid jawa, seperti elemen: 1. Pola spasial, 2. Elemen Arsitektur Masjid Jawa : (a) Atap, (b) Mihrab, (c) Mimbar, (d) Serambi, (e) Pawestren, (f) Tempat wudhu, (g) Penanda Sholat, (h) Gerbang, (i) Menara (j) Elemen Khusus. Hanya elemen gerbang yang sudah tidak ada, terutama di gerbang utama di sisi timur.
Pelestarian arsitektur jawa yang ada di Masjid Agung Lamongan, akan menambah kekayaan dan keunikan (genius loci) dari suatu daerah dalam hal ini Lamongan, mengingat banyak bangunan masjid yang berlomba membangun tanpa memperhatikan kearifan lokal budaya setempat tanpa bertentangan dengan syariat dan nilai-nilai ketauhidan kepada Allah SWT.
REFERENSI
Agustapraja, Hammam Rofiqi. 2018. Pelestarian Arsitektur Langgar Dhuwur Mbah Yai Mastur Lamongan. Jurnal Teknika. Vol 10 hal 1050-1055
Agustapraja, Hammam Rofiqi, 2019. Pelestarian Arsitektur Masjid Agung Lamongan Sebagai Upaya Pemeliharaan Identitas Daerah. Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA), 2(1).
Agustapraja, Hammam Rofiqi, Yulistia Maulidina. 2019. Morfologi Arsitektur Dan Transformasi Fisik Masjid Agung Lamongan. Jurnal Teknika. Vol 11, No 2 hal 1104-1108
Aufa, N. 2012. Tipologi Ruang dan Wujud Arsitektur Masjid Tradisional Kalimantan Selatan. Journal of Islamic Architecture, 1(2).
Dewiyanti, Dhini, and Hanson E Kusuma. 2012. Spaces for Muslims Spiritual Meanings. AcE-Bs 2012 Bangkok ASEAN Conference on Environment-Behaviour Studies, 50(July): 969–78. http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.08.098http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.05.081.
Fanani, Achmad Ir. 2009. Arsitektur Masjid. Mizan Media Utama. Bandung
Groiler International (2002) Indonesian Heritage, PT. Widyadara,Jakarta.
Iskandar, M. S. B. 2005. Tradisionalitas dan modernitas tipologi arsitektur masjid. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 32(2).
Johnson, Paul Alan, 1994. The theory of Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold.
Lihawa, H.R., 2006. Tipologi arsitektur rumah tinggal: Studi kasus masyarakat Jawa Tondano (Jaton) di Desa Reksonegoro Kabupaten Gorontalo (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Marwoto. 2016. Spiritual Phenomena in the Town of Demak. CITIES 2015 International Conference, Intelligent Planning Towards Smart Cities, CITIES 2015, 3-4 November 2015, Surabaya, Indonesia 227(November 2015): 451–57. http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.06.100
Pangarsa, Galih Widjil. dkk. 2003. Simbolisme Bangunan Bertiang Lima Pada Arsitektur Muslim di Jawa. JOURNAL RUAS / Volume I No. 1 – Juni 2003
Prijotomo, Josef dan Galih Widil Pangarsa. 2010. Rong, Wacana Ruang Arsitektur Jawa, e-book. www.ruangarsitektur.com
Rukayah, R Siti, and Abdul Malik. 2012. Between Colonial , Moslem , and Post-Independence Era , Which Layer of Urban Patterns Should Be Conserved ? AicE-Bs 2012 Cairo ASIA Pacific International Conference on Environment-Behaviour Studies 68: 775–89. http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.12.266
Rumiati, A. and Prasetyo, Y.H., 2013. Identifikasi Tipologi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu di Kabupaten Langkat dan Perubahannya. Jurnal Permukiman, 8(2), pp.78-88.
Rossi. 1982. The Architecture of the City. Cambridge Mass:MIT Press.
Setianingrum, l., 2015. Konsistensi Esensi Nilai-Nilai Istimewa Tata Ruang Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Kondisi Empiris Tata Ruang Kota Yogyakarta (Doctoral Dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Suprapti, Atiek, and Agung Budi. 2016. The Urban Heritage of Masjid Sunan Ampel Surabaya , toward the Intelligent Urbanism Development. CITIES 2015 International Conference, Intelligent Planning Towards Smart Cities, CITIES 2015, 3-4 November 2015, Surabaya, Indonesia 227(November 2015): 601–8. http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.06.121
Sumalyo, Yulianto. 2001. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim. Gadjah Mada University Press
Tugiyono, dkk. 2001. Peninggalan Situs dan Bangunan Bercorak Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.
Wafiyyah, Siti Kulashatul. 2017. Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Lamongan. fakultas adab dan humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Antariksa. 2011. Metode Pelestarian Arsitektur. www.academia.edu
Wismantara, Pudji Pratitis. 2016. Masjid Agung Jami’ Malang dan Ambiguitas Arsitektural . Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Zein, M.W. 1986. Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur. Surabaya: PT.Bina Ilmu.
http//masjid2000.org
Komentar
Posting Komentar